Minggu, 27 Desember 2009

office boy

office boy

Seorang pengangguran melamar pekerjaan sebagai Office Boy di
Istana Negara, Jakarta. Staff kepresidenan mewawancarai dia dan
menyuruhnya membersihkan lantai untuk mengetesnya. "Kamu
diterima," katanya, "Berikan alamat e-mailmu dan saya akan
mengirim formulir untuk diisi dan pemberitahuan kapan kamu mulai
bekerja."

Laki-laki itu menjawab, "Tapi saya tidak punya komputer,
apalagi e-mail."
"Maaf," kata staf kepresidenan tersebut. "Kalau kamu tidak
punya e-mail, berarti kamu tidak hidup. Dan siapa yang tidak hidup,
tidak bisa diterima bekerja."
Laki-laki itu pergi dengan harapan kosong. Dia tidak tahu apa
yang harus dilakukan hanya dengan Rp100.000,- di dalam

kantongnya. Kemudian ia memutuskan untuk pergi ke Pasar Minggu
dan membeli 10 kg peti tomat. Ia menjual tomat itu dari rumah ke
rumah.
Kurang dari 2 jam, dia berhasil melipatgandakan modalnya. Dia
melakukan kerjanya tiga kali, dan pulang dengan membawa
Rp300.000,- Dia pun sadar bahwa dia bisa bertahan hidup dengan
cara ini.

Ia mulai pergi pekerja lebih pagi dan pulang larut. Uangnya
menjadi lebih banyak 2x sampai 3x lipat tiap hari. Dia pun membeli
gerobak, lalu truk, kemudian akhirnya ia memiliki armada kendaraan
pengirimannya sendiri.

Lima tahun kemudian, laki-laki itu sudah
menjadi salah satu pengusaha makanan terbesar di Indonesia.
Ia mulai merencanakan masa depan keluarga, dan memutuskan
untuk memiliki asuransi jiwa. Ia menghubungi broker asuransi, dan
memilih protection plan. Sang broker pun menanyakan alamat emailnya.
Laki-laki itu menjawab, "Saya tidak punya e-mail."

Sang broker bertanya dengan penasaran, "Anda tidak memiliki
e-mail, tapi sukses membangun sebuah usaha besar. Bisakah Anda
bayangkan, sudah jadi apa Anda kalau Anda punya e-mail?!"
Laki-laki itu berpikir sejenak lalu menjawab, "Ya, saya mungkin
sudah jadi Office Boy di Istana Negara!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar